Kisah Perempuan-perempuan Andal di Balik Mebel Ukir Jepara


Para perempuan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ternyata punya kemahiran mengukir pada sebuah kursi yang mumpuni. Mereka menjadi bagian mendunianya ukir Jepara tersebut.

Di Desa Petekeyan, Kecamatan Tahunan, Jepara, hampir 90 persen warganya bekerja sebagai perajin ukir. selain ukiran mereka juga bisa memproduksi sebuah kursi dengan ukiran yang cantik. Tak heran jika akhirnya Desa Patekeyan menjadi Kampoeng Sembada Ukir di Kabupaten Jepara.
Menariknya, dari 3.800 warga desa yang menggeluti ukiran, mayoritas didominasi perempuan. Jika dihitung, lebih dari 60 persen dari total 3.800 perajin merupakan ibu rumah tangga.

Mereka begitu lincah menggerakkan tangannya mengukir kayu di atas papan kayu Jati. Hasil ukiran pun tak berbeda dengan pahatan kaum laki-laki.

Muryati (50) warga Patekeyan misalnya. Kemahiran mengukir kayu atau kursi sudah ditekuni sejak kecil. Melalui alat-alat ukir yang sederhana, tangannya lihai mengukir motif daun-daunan di papan kayu Jati.
Begitu pula dengan Listiyowati (32). Saban hari, dia mengukir kayu dari Pohon Mahoni. Kayu ukiran lalu disetorkan untuk dikombinasikan dengan hasil ukiran lain.

"Kalau ukir ini lebih mudah kayu Jati, kalau Mahoni seratnya susah. Sehari dapat 12 buah," kata Lis saat disambangi di tempat kerjanya, Rabu (4/10/2017).

Isfatul (27) juga melakukan hal yang sama. Keterampilan mengukir didapat secara otodidak dengan melihat cara mengukir. Kerja mengukir pun dilakukan di depan rumahnya.

Pekerjaan ukir juga dapat dilakukan sesuai kondisi. Untuk satu balok ukir dasar dapat dikerjakan selama kurang lebih setengah jam.

"Ini kerja sambil momong anak. Kalau di pabrik kan anaknya ditinggal," ujar ibu satu anak ini mengatakan. 

Kreatif

Para pekerja yang melakukan kerja ukir juga mendapat penghasilan lumayan. Warga Petekeyan lain, Magfiroh (35) mengaku, tiap hari dapat menyelesaikan 9 papan kayu.
Tiap papan kayu dikerjakan selama satu jam. Satu papan kayu ukiran penuh dihargai Rp 10.000. Kayu ukiran nantinya ditempelkan di kursi, meja, hingga lemari.
Magfiroh mengaku, dapat mengukir apapun motif yang dipesan. Karena itu, motif ukir pun terus berkembang sesuai zaman.
"Semua motif dapat yang didesain kita bisa ukir. Semua motif ukir dapat dibuat, sesuai pesanan. Motifnya berkembang terus," ujarnya.

Selain berprofesi sebagai perajin, perempuan-perempuan di Jepara juga banyak menjadi pengusaha mebel. Mereka tergabung dalam Jepara Woman enterprener, lalu Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) dan organisasi lain.

Para perempuan Jepara pun terbilang sukses karena intens mengirim produk ke Uni Eropa, Amerika Serikat, hingga Timur Tengah.
"Kami biasanya kirim ke Israel. Di sana mudah banget kirimnya, tidak terlalu rumit," tutur Niken, salah satu pengusaha perempuan ini.

Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga leader di CIFOR, Herry Purnomo mengatakan, peranan perempuan di Jepara sangat tinggi dalam menentukan kualitas produk mebel dan furnitur. Perempuan di industri mebel juga mewarisi semangat Kartini.

" Mebel Jepara memberi peran pada perempuan di dunia bisnis. Perempuan jadi model soko guru industri. Perempuan terlibat tidak hanya di bagian finishing (amplas) atau di bagian ukir. Tapi terlihat seluruhnya," tuturnya.






Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.